h36fBKl6IGAl600aLh3XwESUlCJ3z4hPI1YGP78M

Ajaran Buddha: 8 Jalan Untuk Mengusir Penderitaan

Bagi Buddha, jalan menuju kebahagiaan dimulai dari pemahaman tentang akar penyebab penderitaan.

Kisah Buddha Gautama

Agama Buddha adalah salah satu agama besar di dunia. Itu dimulai sekitar 2.500 tahun yang lalu di India ketika Siddhartha Gautama menemukan cara untuk membawa kebahagiaan ke dunia. Ia dilahirkan sekitar tahun 566 SM, di kerajaan kecil Kapilavastu. Ayahnya adalah Raja Suddhodana dan ibunya adalah Ratu Maya.

Segera setelah Pangeran Siddhartha lahir, orang-orang bijak memperkirakan bahwa ia akan menjadi seorang Buddha. Ketika raja mendengar ini, dia sangat terganggu, karena dia ingin putranya menjadi penguasa yang perkasa. Dia memberi tahu Ratu Maya, "Aku akan membuat hidup di istana begitu menyenangkan sehingga putra kita tidak akan pernah mau pergi."

Meskipun ayahnya berusaha untuk melindunginya dari keburukan kehidupan, suatu hari dia berkelana ke luar tembok kastil dan menemukan tiga aspek kehidupan: yang tua, yang sakit dan yang mati. Masing-masing pengalaman ini mengganggunya dan membuatnya mempertanyakan makna dan kefanaan kehidupan dan kesenangannya.

Setelah itu, Siddharta bertemu dengan seorang pertapa yang dengan pilihan hidupnya menjalani kehidupan dengan meninggalkan kesenangan dunia. Bahkan ketika dia benar-benar kehilangan kenyamanan hidup, matanya bersinar dengan kepuasan.

Pengalaman mengejutkan ini menggerakkan Shiddarta untuk meninggalkan gaya hidupnya yang nyaman untuk mencari makna yang lebih besar dalam hidup. Pada waktu ia mempraktikkan bentuk-bentuk penyangkalan diri yang ekstrem, Buddha Gautama menemukan "Jalan Tengah" moderasi - sebuah gagasan yang sangat mirip dengan "Makna Emas" Aristoteles.

Selama hidupnya, Siddharta Gautama telah mengalami kesenangan semu dan pengendalian ekstrem, tetapi ia menemukan bahwa tidak satu pun pengendalian ekstrem yang membawa seseorang ke pemahaman yang benar.

Buddha kemudian berlatih meditasi melalui konsentrasi mendalam (Dhyana) di bawah pohon bodhi dan menemukan Pencerahan. Dia mulai mengajarkan Empat Kebenaran Mulia kepada orang lain untuk membantu mereka mencapai kebahagiaan dan kedamaian pikiran yang transenden melalui pengetahuan dan praktik yang sekarang dikenal sebagai Buddhisme.
Empat Kebenaran Mulia ini, para bhikkhu, adalah aktual, tidak pernah salah, bukan sebaliknya. Karena itu, mereka disebut kebenaran mulia. (Samyutta Nikaya 56.27)
Buddha percaya bahwa dukkha pada akhirnya muncul dari ketidaktahuan dan pengetahuan palsu. Sementara dukkha biasanya didefinisikan sebagai penderitaan, "disfungsi mental" lebih dekat dengan makna aslinya. Karena ketidaksejajaran mental seperti itu, semua gerakan, pikiran, dan ciptaan yang mengalir keluar tidak akan pernah sepenuhnya memuaskan. Singkatnya, kita tidak pernah benar-benar bahagia.

Jalan Mulia Berunsur Delapan

Jalan Mulia Berunsur Delapan sering dibagi menjadi tiga kategori kebijaksanaan (pandangan / pemahaman benar, niat benar), perilaku etis (ucapan benar, tindakan benar, mata pencaharian benar) dan penanaman mental (upaya benar, perhatian benar, konsentrasi benar).

Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah cara praktis dan sistematis dari ketidaktahuan, menghilangkan dukkha dari pikiran dan gaya hidup kita melalui pikiran dan tindakan yang penuh perhatian. Ini disajikan sebagai keseluruhan sistem ajaran, tetapi tiga jalur yang terkait dengan bidang penanaman mental sangat relevan dengan kebahagiaan yang dapat kita temukan dalam keseimbangan batin, atau ketenangan pikiran.

Agama Buddha mengejar kebahagiaan dengan menggunakan pengetahuan dan praktik untuk mencapai keseimbangan batin. Dalam agama Buddha, keseimbangan batin, atau kedamaian pikiran, dicapai dengan melepaskan diri dari siklus keinginan yang menghasilkan dukkha.
Agama Buddha tidak belajar tentang kepercayaan aneh dari negeri yang jauh. Ini tentang melihat dan memikirkan kehidupan kita sendiri. Ini menunjukkan kepada kita bagaimana memahami diri kita sendiri dan bagaimana mengatasi masalah kita sehari-hari.
Jadi dengan mencapai kondisi mental di mana Anda dapat melepaskan diri dari semua nafsu, kebutuhan dan keinginan hidup, Anda membebaskan diri Anda dan mencapai keadaan kebahagiaan dan kesejahteraan yang transenden.

Sang Buddha mendorong para pengikutnya untuk mengejar "ketenangan" dan "wawasan" sebagai kualitas mental yang akan mengarah pada Nirvana, Realitas Tertinggi. Seperti disebutkan sebelumnya, Jalan Mulia Berunsur Delapan secara keseluruhan dikatakan membantu seseorang mencapai kualitas-kualitas ini.

Secara khusus, bidang penanaman mental, yang meliputi upaya benar, perhatian benar dan konsentrasi benar, adalah keterampilan mental dan alat yang digunakan untuk mencapai kebahagiaan.
Ajaran Buddha: 8 Jalan Untuk Mengusir Penderitaan
Setelah pencerahannya, Buddha bepergian dengan berjalan kaki ke seluruh India utara. Dia terus mengajar selama empat puluh lima tahun. Orang-orang dari semua kasta dan profesi, dari raja hingga pelacur, tertarik padanya. Dia menjawab pertanyaan mereka, selalu menunjuk ke arah benar yang pada akhirnya menjadi nyata kebenarannya.

Sepanjang hidupnya, Buddha mendorong murid-muridnya untuk mempertanyakan ajarannya dan mengkonfirmasi mereka melalui pengalaman mereka sendiri. Sikap non-dogmatis ini masih menjadi ciri agama Budha saat ini.
Related Posts

Related Posts

Post a Comment

samsung galaxy